Kolera Unggas Pada Ayam Pembibitan1

Oleh: Rondius Solfaine, drh., MP.2

Kolera unggas (fowl cholera) merupakan penyakit pada sistem pernafasan yang menyerang ayam, kalkun, itik, angsa, burung liar dan burung merpati. Penyakit ini sangat infeksius dan bertahan lama di lingkungan sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi bagi peternakan ayam petelur/pedaging di seluruh dunia.

Agen penyebab kolera unggas adalah Pasteurella multocida (PM), diketahui sebagai kuman gram-negatif dan berbentuk coccobacilus. Pada ayam dewasa lebih sensitif/peka terhadap infeksi kuman ini dibanding pada ayam muda sehingga sering kasus terjadi pada peternakan ayam pembibitan. Sedangkan jika diukur dari tingkat kerentanannya, kalkun lebih peka dibanding ayam terhadap infeksi kolera unggas.

Kuman Pasteurella multocida penyebab kolera unggas (KU) berdasarkan komponen antigen kapsulanya dapat dibedakan menjadi 5 sero-grup yaitu A, B, D, E dan F dan terdapat 16 strain (sero-tipe) berdasarkan struktur Lipopolysaccharide (LPS) pada dinding selnya. Penyebab utama kolera unggas biasanya berasal dari strain A:1, A:3 atau A:4.

Awal mula kuman P. multocida masuk kedalam kandang ternak ayam sulit dideteksi.Tetapi apabila sudah berada di dalam salah kelompok/flock maka penyebaran lewat ayam yang terinfeksi sangat mudah terjadi. Rute penularan infeksi KU dapat terjadi via ingesti kuman dari air atau makanan yang tercemar, inhalasi udara yang tercemar dan penularan langsung dari ayam ke ayam lainnya. Lingkungan sekitar dapat tercemar kuman P. multocida dari peralatan dan ayam-ayam yang mati pada infeksi sebelumnya. Dapat dikatakan selama ini, penyebab utama infeksi pada satu kandang/flock berasal dari infeksi sebelumnya (kronis). Hewan liar seperti burung sawah, tikus dan serangga (kutu) merupakan hospes antara (intermediet) yang potensial menyebarkan penyakit. Selain itu pekerja kandang juga sumber penyebaran, baik melalui ludah dan ingus yang sembarangan di sekitar kandang. Peralatan dan pakan yang tercemar dapat menjadi sumber penularan apabila tidak dilakukan desinfeksi dan cara penyimpanan yang baik. Sejauh ini, kolera unggas diketahui tidak menular secara horizontal dari induk ke anaknya.

Jalannya penyakit (patogenesis) penyakit kolera unggas secara molekuler belum diketahui mekanismenya. Secara ringkas, pada saat kuman P. multocida berhasil masuk kedalam flock maka infeksi akan segara terjadi dengan konsentrasi kuman di saluran pernafasan atas, mulai dari rongga mulut (paruh), trakea dan sekitar mata. Ayam yang terinfeksi secara kronis oleh infeksi sebelumnya mempunyai peran penting sebagai sumber penularan dalam satu flock karena akan mengeluarkan kotoran/feses yang mengandung kuman selama berada dalam kelompok kandang tersebut. Ayam yang terinfeksi melalui paruh masuk ke trakea dan paru, maka kuman P. multocida akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan berbiak secara cepat di dalam hati/limfa dan beredar di dalam darah (bakterimia). Kuman dalam darah ini sangat menentukan jalannya penyakit, karena komponen kapsula dan komponen LPS (Pcho residu) sebagai penentu virulensi terhadap respon imunitas diperantarai komplemen dan fagositosis pada ayam yang bersangkutan.

Di Indonesia, infeksi kolera unggas seringkali didiagnosa sebagai infeksi Coriza oleh kuman Heamophilus paragallinarum, karena mempunyai kemiripan gejala klinis. Sedangkan kasus kolera unggas di benua Amerika, lebih menyerupai dengan penyakit  ORT (Ornithobacterium rhinotracheale). Sehingga ketika menghadapi penyakit tersebut dokter hewan dituntut hati-hati dalam mendiagnosanya. Dari penelitian dilaporkan bahwa kuman P. multocida dapat hidup di lingkungan peternakan dalam waktu yang relatif lama, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa ada titer antibodi terhadap P. multocida pada kelompok unggas yang sehat.

Kolera unggas termasuk sebagai penyakit sistem pernafasan, walaupun organ lain dapat terinfeksi dan menimbulkan lesi patologis. Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis tetapi tidak ada garis yang jelas yang membedakan bentuk klinis keduanya. Pada umumnya gejala dapat teramati secara baik pada ayam jantan berupa kebengkakan pada jengger, pial dan salah satu daerah mata, hal tersebut diketahui sebagai gejala klasik yang sering dijumpai di lapangan.

Pada bentuk akut, dapat terlihat dari ayam yang ditemukan mati, karena periode infeksi akut sangat singkat dengan ciri umum ayam terlihat lesu, mengantuk dan bulu kusam sebagai respon adanya demam infeksi sistemik. Selain itu dijumpai cairan mukos keluar dari paruh dan tingkat pernafasan meningkat. Feses terlihat encer dan berwarna putih (diare). Pada pembedahan bangkai akan terlihat masa kental (viscous inflamed masses) di dalam jengger/pial dan di daerah kulit kepala. Perdarahan pada jantung, paru, selaput ruang perut dan kantung udara terisi massa inflamasi. Pada permukaan hati ditemukan lesi nekrosis dengan nodul kekuningan dan inflamasi. Ditemukan lesi pneumonia pada lobus paru. Pada saat paru ditekan akan keluar masa lengket. Di daerah ovarium, calon telur terjadi perdarahan dan kerusakan. Gejala klinis tersebut spesifik pada infeksi kolera unggas yang tidak ditemui pada Coriza.

Bentuk kronis kolera unggas dapat dilihat pada ayam-ayam yang dapat bertahan dari infeksi akut dan biasanya terinfeksi kuman yang bervirulensi rendah. Kuman terlokalisir di daerah saluran pernafasan mulai trakea sampai paru, daerah sinus, jaringan mata, kantung udara dan tulang. Penyakit ini juga dapat berada di persendian, selaput otak dan jaringan lunak.

Pada penggunaan antibiotika yang tidak diatur secara benar, dapat membunuh hampir semua strain kuman yang menginfeksi tetapi tidak dapat membunuh kuman yang berada di lingkungan peternakan sekitarnya. Setelah pemberian (pengobatan) antibiotika tertentu (misalnya gol. Pinisilin/Enrofloksasin) pada kasus kolera unggas, akan memberikan efek penyembuhan yang kurang memuaskan pada kelompok ternak sehingga perlu dilakukan identifikasi kuman penyebab sesungguhnya. Jadi uji sensitifitas kuman terhadap antibiotika sangat penting dilakukan untuk hasil pengobatan penyakit ini.

Pencegahan terbaik terhadap penyakit kolera unggas adalah aplikasi sistem biosekuriti. Seluruh komponen dan langkah-langkah sistem biosekuriti diperlukan untuk mencegah masuknya penyakit kedalam kandang baik yang berasal dari peralatan kandang, petugas kandang dan pakan. Perlu di anjurkan bagi orang-orang yang berkepentingan saja dapat masuk kedalam wilayah peternakan, dengan pemakaian baju dan perlengkapan sepatu serta tutup kepala khusus daerah kandang. Selain itu aplikasi desinfeksi bagi petugas dan peralatan kandang sangat berperan dalam mencegah penularan.

Ayam tertular merupakan sumber penyebaran panyakit sehingga harus dicegah masuknya ayam dari luar peternakan. Pada pengunaan pejantan muda (spike) harus berasal dari kandang yang sehat dan mempunyai catatan bebas dari infeksi kolera unggas. Sehingga idealnya dalam satu kawasan peternakan, menggunakan kelompok ayam satu umur (one age of birds) tetapi apabila terdapat beberapa jenis ayam (multiage) maka harus diterapkan biosekuriti yang ketat dan disiplin.

Untuk mengontrol secara efektif kolera unggas pada ayam komersial agar mengurangi kerugian ekonomis, harus dilakukan pencatatan/recording yang baik, meliputi kasus infeksi kolera sebelumnya, monitoring hewan-hewan sekitar kandang, seperti burung migran, itik/entok dan hewan mamalia lain (anjing/babi). Sumber kuman dan rute penularan harus segera diketahui sehingga dapat dilakukan pemberantasan secara tuntas dan menyeluruh di daraeah peternakan.

Apabila memungkinkan vaksin dapat digunakan untuk pencegahan infeksi penyakit kolera unggas. Beberapa jenis vaksin dapat digunakan baik berupa vaksin aktif (kuman dilemahkan) dan vaksin inaktif (kuman dimatikan). Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam hal cara pemakaian, daya proteksi dan titer antibodi yang dihasilkan. Hal tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi peternakan yang bersangkutan.

*****

  1. Artikel untuk FKH Blog
  2. Staf pengajar bagian patologi anatomi FKH UWKS/Alumni UGM

Satu Balasan ke

  1. saiful berkata:

    good good

Tinggalkan komentar